Semalam di Bojonegoro

 

Pagi itu, saya terbangun ±pukul 09.00 dengan perasaan campur aduk di kosnya Firdaus. Ada senangnya, namun ada juga sedihnya. Baru saja tadi subuh saya nobar perempat final Euro 2024 antara Portugal vs Perancis. Namun sayang, pada akhirnya Portugal harus kalah lewat adu penalti setelah 120 menit skornya imbang 0-0. Tentu sebagai penggemar timnas Portugal dan Cristiano Ronaldo saya merasa kecewa, karena turnamen Euro terakhirnya harus berakhir dengan kekalahan. Hanya saja, beredar kabar bahwa dia masih ingin bermain di Piala Dunia 2026. Semoga saja info tersebut benar dan timnas Portugal bisa menjadi juaranya.

Nah, cukup sampai di sini cerita sedihnya, saya tidak mau berlarut-larut, sekarang saatnya beralih ke cerita yang menyenangkannya. Hari itu, Sabtu, 6 Juli 2024, adalah hari yang ditunggu-tunggu seluruh praktisi parkour se-Jatim, karena akan diselenggarakan Jamming Regional ke-13 di Bojonegoro. Setelah berpamitan dengan Daus, segera saya pulang untuk mandi dan berkemas-kemas, lalu bersiap berangkat menuju Bojonegoro menggunakan sepeda motor ±pada pukul 10.00.

 


Secara keseluruhan lalu lintas lumayan lancar, meski cuaca cukup panas dan banyak debu di jalanan dikarenakan saya melewati daerah industri/pabrik di Gresik. Sekitar pukul 13.00 saya pun sampai ke tempat penginapan di gedung SDN Ledok Kulon 3, di mana sudah ada sebagian peserta jamreg yang hadir terlebih dulu. Kita pun saling bertegur sapa dan melepas kangen, sembari menunggu kedatangan peserta lain yang masih di perjalanan.


 

Setelah seluruh peserta berkumpul, ±pukul 15.30an kita berjalan kaki rame-rame menuju spot jamming pertama di sekitar Jembatan Sosrodilogo, sekaligus secara resmi membuka jamreg 2024 ini. Selama 1-2 jam ke depan, seluruh peserta bersenang-senang mengeksplor obstacle yang ada di sekitar jembatan. Saya sendiri cukup nge-flow sederhana saja alih-alih memaksakan diri melakukan big jump, karena sudah bukan lagi menjadi prioritas saya sekarang.

 


Menjelang matahari terbenam, sesi jamming pun berakhir. Kembali kita berjalan kaki menuju penginapan untuk mandi dan makan malam, karena pada pukul 20.00 bakal diadakan sesi sharing sekaligus meet and greet. Meski sudah beberapa kali saya sebut di postingan sebelumnya, tidak bosan-bosannya saya ulang kembali bahwa momen-momen kebersamaan seperti inilah yang sangat saya nikmati selama jamreg, bukan hanya sekedar unjuk skill parkour belaka.

 

Beres dari sesi sharing, waktu sudah menunjukkan ±pukul 23.00. Sebagian peserta ada yang sudah mulai bersiap tidur, sementara saya bersama beberapa teman yang lain mau cangkruk dulu di warung kopi dekat tempat penginapan. Dan menjelang tengah malam, kita pun kembali ke tempat penginapan untuk… cangkruk lagi hingga subuh sebelum benar-benar beristirahat. 😄


Samar-samar, suara teman-teman yang sudah bangun terdengar oleh saya, sinar matahari pun mulai memasuki aula SDN Ledok Kulon 3. Perlahan saya mengumpulkan kesadaran, lalu gabung bersama yang lainnya untuk sarapan. Setelah salin dan bersiap-siap, segera seluruh peserta berjalan kaki menuju Taman Rajekwesi untuk memulai jamming hari ke-2.

 

Saat itu, waktu sudah menunjukkan ±pukul 08.00. Tanpa berlama-lama lagi, kita pun langsung memulai sesi pemanasan sebelum memasuki latihan inti. Dari mulai free jamming hingga fun games/challenge, seluruh peserta benar-benar menikmati rangkaian acara hari ke-2 ini dengan gembira.



 

Menjelang tengah hari, cuaca semakin terik, dan tak terasa jamreg 2024 pun harus segera berakhir. Acara ditutup dengan foto bersama, lalu setelahnya para peserta kembali ke tempat penginapan untuk berkemas dan pulang ke kota masing-masing. Saya sendiri pulang ke Surabaya motoran rame-rame bersama Rijalul, Ijoe, Aan, Romy, Tommy, dkk. Kita meninggalkan Bojonegoro ±pukul 13.30an, dan berhubung banyak singgah sana-sini, entah berteduh karena hujan ataupun cangkruk di warung kopi, jadinya menjelang matahari terbenam barulah tiba di Surabaya.

 

Secara keseluruhan, meski jumlah pesertanya tidak sebanyak tahun lalu, jamreg Bojonegoro kali ini cukup berkesan seperti halnya jamreg tahun-tahun sebelumnya. Masing-masing penyelenggaraan tentu punya cerita uniknya tersendiri, sehingga kurang elok rasanya bila dibanding-bandingkan, karena secara tidak langsung itu seperti tidak mengapresiasi para panitia yang sudah bekerja keras.

 

Yang jelas, selama hayat masih dikandung badan, tidak ada kata berhenti bagi saya untuk berlatih parkour. Dan selama masih sanggup, saya akan terus berkomitmen menghadiri jamreg Jatim setiap tahunnya. Akhir kata, semoga kita semua bisa berkumpul lagi pada jamreg tahun depan di Malang.



Comments

Popular posts from this blog

Cerita 28 Jam di Jombang

Ikut? Tidak? Ikut? Tidak? IKUT!!!