Petualangan di Lombok


Belum lama ini ketidakberuntungan menghampiri saya. Hanya tiga minggu sebelum Tropical Jamming 2018 dimulai, saya mengalami cedera lutut dalam salah satu sesi latihan parkour. Hingga H-2, saat saya dan Andreas berangkat dari Surabaya dengan mengendarai sepeda motor, lutut saya tidak kunjung sembuh juga. Alhasil selama acara berlangsung saya pun hanya bisa jamming kecil-kecilan saja sambil dengan panas hati melihat teman-teman lain berlatih dengan leluasa.


Namun terlepas dari itu, saya bersyukur dapat mengunjungi lagi Pulau Lombok untuk kedua kalinya setelah Tropical Jamming yang pertama di bulan Desember 2016. Hari itu, Rabu, 11 April 2018, perjalanan menuju Lombok dimulai sekitar pukul 07.30 pagi setelah saya dan Andreas sarapan pagi terlebih dulu. Sekitar pukul 13.00, kita sempatkan mampir ke Situbondo untuk menyambangi salah seorang praktisi senior dari Parkour Jawa Timur: Danial Syafhan.


Setelah ngobrol-ngobrol dan makan soto bersama, saya dan Andreas pun langsung melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. ±Pukul 16.00, kapal feri yang kita tumpangi akhirnya berlayar menyeberangi Selat Bali, lumayanlah ada waktu sekitar satu jam untuk beristirahat sejenak.




Pukul 17.00 WIB/18.00 WITA, kembali kita melanjutkan perjalanan dari Pelabuhan Gilimanuk menuju Denpasar. ±3 jam perjalanan menembus hutan yang mulai gelap membuat fisik kita mulai kelelahan. Akhirnya sekitar pukul 21.00 WITA kita singgah di depot makanan milik Andra, salah seorang teman lama praktisi Parkour Surabaya yang kini sudah menetap di Bali. Dengan kondisi badan yang sudah sangat lelah, mata menghitam, serta perut kelaparan karena tidak makan sejak di Situbondo, kita pun sekalian makan malam dan ngobrol-ngobrol di sana hingga pukul 23.00. Dan malam itu kita habiskan dengan beristirahat di kos Andra.


Besok siangnya, ±pukul 14.00 saya dan Andreas kembali melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Padang Bai yang terletak di bagian timur Pulau Bali. Secara keseluruhan perjalanan cukup lancar dengan didukung cuaca yang cerah. Hanya saja, begitu mendekati pelabuhan, banyak sekali truk yang berjejer mengantri sehingga lumayan menimbulkan kemacetan.


Setelah menunggu cukup lama, akhirnya ±pukul 17.00 kapal feri mulai berlayar mengarungi Selat Lombok. Selama 4 jam ke depan kita melepas lelah di dalam kapal sambil menikmati pemandangan matahari terbenam di tengah lautan. Dan ±pukul 21.00 akhirnya kita berhasil menginjakkan kaki di Pulau Lombok. Perjalanan dengan sepeda motor masih berlanjut sekitar satu jam lagi sebelum tiba di Hotel Paradiso, Mataram, yang akan digunakan sebagai lokasi penginapan peserta Tropical Jamming. Malam itu pun kita habiskan dengan nongkrong-nongkrong di lobi hotel sembari melakukan registrasi ulang ke panitia.




HARI KE-1 (13 APRIL 2018)




Pukul 07.00 seluruh peserta sudah berkumpul di lobi hotel. Acara diawali dengan kata sambutan dari Anggarda selaku ketua panitia, lalu dilanjutkan dengan pemanasan dan lari mengitari komplek sekitaran hotel. Setelah itu kita semua berkumpul di Taman Sangkareang untuk melakukan free jamming sambil diselingi sarapan pagi. Seperti yang telah saya bilang di awal, kondisi lutut kiri saya saat itu sedang mengalami cedera. Tapi dasar saya yang memang bandel, karena tidak tahan melihat teman-teman yang lain loncat sana-sini, saya pun nekat mencoba beberapa lompatan besar yang mengakibatkan lutut saya semakin terasa ngilu.



Sekitar pukul 13.00, setelah para peserta yang muslim melaksanakan sholat Jumat, kita semua bergerak menuju Taman Udayana. Di sana banyak sekali spot latihan yang menarik untuk dieksplor. Lagi-lagi saya hanya dapat berlatih kecil-kecilan saja sembari membayangkan apa yang mungkin bisa dilakukan apabila lutut dalam kondisi fit. Saya pun hanya bisa dongkol di dalam hati mengapa harus cedera di saat seperti ini.

Jamming hari pertama berakhir sekitar pukul 15.30-an. Sebagian peserta ada yang pulang ke hotel, dan ada juga yang jalan-jalan. Saya, Andreas, Mundo, dan Rony Luke (a.k.a. Imran) memutuskan untuk mengunjungi ‘Vila Hantu’ di daerah Pantai Senggigi. Sekedar info, nama ‘Vila Hantu’ hanya sekedar penarik perhatian wisatawan saja. Sesungguhnya ini adalah bangunan setengah jadi yang sekarang berubah fungsi menjadi tempat foto-foto atau mengambil video dengan latar belakang pantai/matahari terbenam.




Selama satu setengah jam ke depan Andreas membuat video dengan drone-nya, sambil tidak lupa juga memvideokan aksi-aksi parkour Rony Luke di sekitar situ. Sementara saya dan Mundo sekedar nongkrong-nongkrong saja sambil menikmati pemandangan matahari terbenam. Menjelang maghrib, kita berempat pun kembali pulang ke hotel.


Seusai makan malam dan beristirahat sejenak, seluruh peserta berkumpul kembali pada pukul 20.00 di lobi hotel untuk sesi meet and greet alias perkenalan diri dari setiap komunitas yang hadir. Selain Parkour Surabaya, hadir juga Parkour Bali (dan juga Hafizh dari Parkour Salatiga yang baru menyusul besok paginya) sebagai peserta Tropical Jamming yang berasal dari luar Lombok. Sesi berakhir sekitar pukul 22.30-an, dan seluruh peserta pun segera beristirahat untuk persiapan trekking lintas alam keesokan harinya.



HARI KE-2 (14 APRIL 2018)


Pukul 08.00, seluruh peserta berangkat dari hotel dengan menggunakan sepeda motor secara beriring-iringan menuju Gelanggang Pemuda. Setelah sarapan dan melakukan beberapa persiapan, pada pukul 09.00 sesi pemanasan pun dimulai, kemudian dilanjutkan dengan free jamming sambil diselingi mini-kontes freestyle.

Menjelang tengah hari, kita semua langsung cabut ke Desa Bukit Tinggi, daerah Kabupaten Lombok Barat. Perjalanan 40-45 menit tidak sebegitu terasa karena pergi beramai-ramai, ditambah lagi cuaca hari itu cukup cerah yang membuat kita semua makin bersemangat menjalani hari ke-2 ini.



Setelah memarkirkan sepeda motor dan nongkrong sejenak di salah satu warung makannya, mobil pick up yang disewa panitia pun datang. Seluruh peserta naik mobil tersebut menuju balai desa yang terletak 4-5 km ke arah utara dari warung. Karena begitu banyaknya peserta, dibutuhkan 3 kali balikan agar semuanya dapat terangkut.



Begitu semua sudah berkumpul di balai desa, perjalanan trekking pun dimulai. Segera kita menyusuri jalan setapak menembus bukit menuju Air Terjun Tibu Tereng. Air yang jernih serta kolam alami yang dalam langsung membuat kita tanpa ragu lagi langsung berlatih flip di sana. Sebagian peserta lainnya ada juga yang bermain ‘perosotan’ menggunakan permukaan batu yang licin.




Sekitar satu setengah jam kemudian, setelah cukup puas bermain air dan berlatih flip, perjalanan berlanjut menuju Air Terjun Tibu Kelambu, yang tidak seberapa jauh dari Tibu Tereng. Hanya saja jalan setapak menuju ke sana sangatlah terjal dan licin, sehingga hampir seluruh peserta harus melepas alas kakinya agar tidak terpeleset oleh lumpur. Beruntung masih banyak akar-akar pohon/rumput liar yang masih dapat dijadikan pegangan.


Perjalanan ±30 menit yang cukup ekstrem menuruni bukit ternyata tidak berakhir dengan sia-sia. Begitu sampai di lokasi, kita semua disuguhkan dengan pemandangan air terjun yang tidak kalah bagusnya dengan Tibu Tereng (sekitar 1,5 kali lebih tinggi dari Tibu Tereng). Mata air yang jernih dan bunyi gemericik air terjun membuat pikiran menjadi tenang. Hanya saja karena airnya tidak sedalam Tibu Tereng, kita tidak berlatih flip di sini. Lagipula sejak dari pagi sudah banyak aktivitas fisik yang dilakukan, untuk itulah sekarang saatnya untuk beristirahat sejenak melepas lelah.




Sekitar pukul 16.00, seluruh peserta pun menyudahi sesi air terjun ini dan kembali menuju balai desa. Dari situ kemudian kita lanjut naik mobil pick up menuju tempat parkir motor di dekat warung makan. Sejenak kita nongkrong di warung sambil beli cemilan/minuman, lalu menjelang maghrib langsung kembali ke hotel.

Karena sudah pada kelelahan, malam harinya sebagian besar peserta pada beristirahat di kamar atau nongkrong di lobi hotel. Saya sendiri sudah ada janji ketemuan dengan salah seorang teman lama dan menghabiskan malam itu ngobrol-ngobrol dengan dia di kedai makan dekat hotel.



HARI KE-3 (15 APRIL 2018) – PULANG KE SURABAYA




Hari terakhir Tropical Jamming diawali dengan mengksplor sebuah bangunan setengah jadi di dekat Pantai Meninting. Sekalipun masih ada sisa-sisa kelelahan pasca trekking lintas alam kemarin, namun seluruh peserta tampak tetap antusias mengikuti seluruh rangkaian acara. Seperti biasa, saya hanya jamming sekedarnya saja karena tidak mau membuat kondisi lutut jadi lebih parah lagi.


Menjelang tengah hari, bila mengacu pada jadwal acara, seharusnya kita masih lanjut ke Pantai Senggigi dan menutup acara di sana. Namun karena sebagian besar peserta sudah kelelahan, ditambah lagi anak-anak Parkour Tanjung Luar (Lombok Timur) harus segera pulang, maka penutupan acara pun segera dilangsungkan lebih awal di sekitar pelataran bangunan dekat Pantai Meninting itu juga.


Setelah sesi penutupan, sisa peserta yang ada segera kembali ke hotel untuk berkemas-kemas. Karena cuaca yang masih cukup terik, maka saya pun nongkrong dulu di lobi hotel hingga kira-kira pukul 15.30. Dan akhirnya, saat untuk meninggalkan Pulau Lombok pun telah tiba. Bersama dengan Andreas dan Hafizh, kita bertiga segera pamit dengan anak-anak yang lain untuk segera meluncur menuju Pelabuhan Lembar.


Secara keseluruhan perjalanan cukup lancar, hanya saja begitu mendekati pelabuhan banyak sekali terdapat sepeda motor yang ikut mengantri. Maklum saja, bila tujuan ke Bali pastinya akan selalu ramai dengan pengunjung. Setelah cukup lama mengantri, kapal feri pun akhirnya meninggalkan Pulau Lombok sekitar pukul 19.00, empat jam di Selat Lombok merupakan waktu yang cukup untuk beristirahat sejenak.



±Pukul 23.00, kapal feri tiba di Pelabuhan Padang Bai. Tidak lama setelah keluar dari pelabuhan kita bertiga segera mencari warung makan pinggir jalan seketemunya, karena sejak sore tadi belum sempat makan apapun. Seusai makan, saya dan Andreas langsung saling berpisah dengan Hafizh. Dia memutuskan untuk menginap di kos Widio, salah seorang teman praktisi Parkour Bali, sementara saya dan Andreas tetap melanjutkan perjalanan ke Pelabuhan Gilimanuk.

Bersyukur perjalanan cukup lancar tanpa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Sekalipun fisik sangat lelah, tetapi untungnya kita tetap bisa berkonsentrasi mengemudikan sepeda motor hingga sampai di Pelabuhan Gilimanuk sekitar pukul 03.00 subuh. Saking sepinya pelabuhan, begitu selesai membayar tiket, langsung detik itu juga kita dipersilakan masuk ke kapal feri. Tak disangka, ternyata hanya kitalah penumpang yang menggunakan sepeda motor. Sisanya hanya ada beberapa truk saja.

Baru saja rasanya saya mulai tidur di kapal feri, tau-tau sudah dibangunkan lagi. Memang hanya satu jam saja perjalanan menyeberangi Selat Bali, kurang puas bila digunakan untuk beristirahat. Waktu menunjukkan pukul 04.00 WITA alias 03.00 WIB. Kita pun langsung memasuki Pelabuhan Ketapang di Kota Banyuwangi.


Sekitar satu jam perjalanan dari pelabuhan, kita berdua sudah benar-benar tidak tahan dengan rasa kantuk yang melanda. Bila tetap dipaksakan, akan berakibat fatal tentunya. Alhasil kita memutuskan singgah di pom bensin dan tidur sejenak di musholanya. ±Pukul 06.00 WIB, kita segera bangun dan melanjutkan perjalanan ke Surabaya.

Secara keseluruhan lalu lintas lumayan lancar, tidak ada kemacetan berarti. Saya dan Andreas silih berganti mengemudikan sepeda motor bila ada yang kelelahan. Dan, akhirnya ±pukul 12.00 siang kita sampai juga di Surabaya dengan mata yang sudah menghitam serta penampilan yang sangat kucel. Namun terlepas dari itu, tetap kita bersyukur karena bisa tiba dengan selamat di tempat tujuan.

Jujur, empat hari dirasa terlalu singkat bagi saya untuk mengeksplor Lombok. Masih banyak spot parkour maupun tempat wisata yang ingin saya kunjungi di sana. Apalagi saya punya “utang” terhadap diri sendiri untuk mengeksplor ulang spot-spot Tropical Jamming dalam keadaan 100% fit tanpa cedera. Pokoknya, suatu saat saya harus kembali ke Lombok dengan kondisi fisik yang jauh lebih kuat!!

Comments

Popular posts from this blog

Cerita 28 Jam di Jombang

Ikut? Tidak? Ikut? Tidak? IKUT!!!

Semalam di Bojonegoro