Petualangan Bromo
Jujur,
mengendarai sepeda motor dengan susah payah melewati jalan berpasir disertai angin
kencang bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Jangankan mau ngebut, untuk
mengatur jarak pandang dan bernafas saja susahnya minta ampun. Namun di balik
segala kesulitan tersebut, kami berdelapan tetap melalui “badai pasir” ini dengan
semangat demi bisa segera tiba di Gunung Bromo.
Hari
itu, Kamis, 21 September 2017; saya, Andreas, Dimas, Herry, Erick, Achmad, Daus,
dan Jeffri bersama-sama naik motor menuju Bromo setelah malam sebelumnya menginap
di rumah Brex di Malang. Perjalanan 2 jam menempuh rute menanjak dan berkelok-kelok
serta dilanjutkan jalan berpasir tentunya sangat melelahkan. Tetapi itu semua
terbayar lunas dengan indahnya pemandangan padang rumput berpasir begitu tiba di
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Sebagai
praktisi parkour, tentunya kita tidak datang ke sini hanya sekedar untuk berwisata
dan foto-foto belaka. Sebelum mendaki, kita memutuskan untuk jamming dulu di
sekitar kaki gunungnya. Kebetulan juga trip kali ini dalam rangka membuat
project video parkour menggunakan pesawat drone yang baru saja dibeli Andreas.
Mumpung ada drone dan juga sebagian teman-teman bisa meluangkan waktunya, maka
langsung kita eksekusi kegiatan ini daripada menunda-nunda lagi.
Setelah
±1.5
jam jamming dan mengambil video, kita pun beristirahat sejenak di salah satu
area padang rumputnya. Tidak lama kemudian; saya, Achmad, Jeffri, dan Dimas
memutuskan mendaki ke puncak, sementara sisanya tetap tinggal di bawah sambil
berlatih mengendalikan drone. Saat tiba di puncak, debu pasir pun berganti
dengan bau sulfur yang agak sedikit menyengat. Namun terlepas dari itu,
pemandangan yang tersaji benar-benar luar biasa, segala jerih payah saat
mendaki langsung terbayar lunas seketika itu juga.
Sekitar
pukul 16.30 kita berdelapan meninggalkan Bromo dan menyewa salah satu vila
di sekitar situ. Malam itu kita habiskan dengan ngobrol-ngobrol dan
beristirahat di sana sebelum pulang kembali ke Surabaya keesokan harinya
(khusus Achmad dan Daus mereka pulang ke Malang).
Secara keseluruhan saya cukup senang dapat berpetualang lagi di Bromo untuk kedua kalinya sejak 2012, di mana ketika itu kunjungan ke Bromo tersebut merupakan “after party” dari Jamnas 2012 di Surabaya. Selalu ada cerita menarik dari gunung berpasir ini, semoga suatu saat bisa ada kesempatan ke sana lagi.
Comments
Post a Comment