Dari Palangkaraya ke Banjarmasin
Setelah ±1 jam jamming parkour di sekitar Jembatan Kahayan; saya, Jeffri, Jovi, dan Fauzan memutuskan berenang sekaligus latihan flip di sungai bawah jembatan tersebut, sementara Andreas lebih memilih berlatih mengendalikan drone sambil mendokumentasikan kegiatan kita. Sekalipun siang itu cuaca cukup panas, namun momen tersebut tetap merupakan pengalaman yang berkesan, karena hari itu, Jumat, 20 Oktober 2017, untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki di tanah Kalimantan. Beberapa jam sebelumnya baru saja saya mendarat di Bandara Tjilik Riwut bersama Jeffri, di mana kebetulan juga dia sekalian pulang mengunjungi keluarganya di Palangkaraya.
Secara keseluruhan saya melihat kota Palangkaraya jauh lebih lengang dibanding Surabaya. Masih banyaknya lahan kosong serta jumlah kendaraan yang tidak terlalu padat membuat kota ini cukup nyaman untuk ditinggali. Sekedar info, akan ada wacana pemindahan ibukota Indonesia ke sini di masa depan, sekalipun hingga sekarang belum ada kepastian juga mengenai hal itu.
Setelah puas berenang di sungai, sekitar pukul 16.00 kita pun meninggalkan Jembatan Kahayan menuju rumah Fauzan untuk mandi dan berganti pakaian. Tidak lama setelah itu, kita semua langsung berangkat ke Banjarmasin dengan menumpang mobil Jovi. Total ada 9 orang yang ikut dari Palangkaraya. Perjalanan menuju Banjarmasin menempuh waktu sekitar 4-5 jam melewati hutan dan jalanan yang cukup sepi di malam hari. Bersyukur kita semua bisa sampai ke tujuan dengan selamat.
Sekitar pukul 23.00 WITA, kita pun akhirnya tiba di Menara Pandang Banjarmasin, yang berlokasi persis di depan Sungai Martapura (sekedar info, waktu Banjarmasin satu jam lebih cepat dari Palangkaraya). Di sebelahnya sudah terpasang dengan gagahnya obstacle portable yang akan digunakan untuk acara Fornas IV Banjarmasin keesokan harinya. Acara Fornas tersebut juga sekaligus dijadikan event Jamming Regional Kalimantan. Setelah mencoba-coba sebentar obstacle-nya, malam itu kita semua memutuskan beristirahat di rumah Juanda, salah seorang praktisi Parkour Banjarmasin.
Besoknya, suasana di sekitar obstacle sudah cukup ramai sejak pagi hari. Peserta yang hadir tentunya mayoritas berasal dari Banjarmasin beserta daerah-daerah sekitarnya di Kalsel, selain itu juga ada dari Palangkaraya, Surabaya, dan Soreang. Turut hadir juga juri tamu dari Jombang (Ulin Nuha), dan Jakarta (Ahmad Syafei). Begitu sesi free jamming dan istirahat-makan siang selesai, acara inti pun dimulai. Diawali dari kata sambutan Adi Suprayitno sebagai perwakilan dari B-Jump Parkour Banjarmasin, lalu dilanjutkan dengan kompetisi speed contest dan freestyle. Saya sendiri iseng-iseng mengikuti speed contest, sekalipun tidak menang pastinya, karena tujuannya hanya sekedar have fun semata.
Setelah seharian mengeksplor obstacle portable beserta area sekitarnya, acara hari pertama pun berakhir saat menjelang maghrib. Saya, Andreas, beserta anak-anak Palangkaraya segera kembali ke rumah Juanda untuk beristirahat. Malam itu lalu lintas kota Banjarmasin cukup macet, sehingga kita memutuskan tidak ke mana-mana lagi di sisa hari itu.
Babak final kompetisi freestyle kembali dilanjutkan keesokan harinya setelah sesi coaching clinic, di mana Ihas yang pada akhirnya menjadi pemenang. Sementara untuk kategori speed contest dimenangi oleh Abidin. Selesai pengumuman pemenang dan penutupan, hampir semua peserta bertolak ke resepsi pernikahan Syamsul, salah seorang praktisi senior dari Parkour Banjarmasin. Saya sendiri terakhir bertemu dengannya saat Jamming Nasional Parkour Indonesia 2013 di Bali. Saat itu jugalah awal perkenalan saya dengan anak-anak Banjarmasin.
Dengan masih mengenakan pakaian parkour + bau keringat, kita semua “menyerbu” gedung resepsi. Jujur saya sendiri agak malu pergi ke acara nikahan dengan penampilan seperti itu, tetapi karena dilakukan rame-rame, ya sudahlah cuek saja. Yang penting persahabatan dan persaudaraan antar praktisi tetap terjalin dengan erat.
Dari resepsi Syamsul, sebagian ada yang pulang, dan sebagian lagi ada yang lanjut jamming di spot bawah jembatan dekat sungai daerah Jalan S. Parman. Saya sendiri pastinya ikut jamming dengan yang lain karena itulah hari terakhir saya di Banjarmasin, jadi harus dipuas-puasin. Sampai dengan sore hari menjelang maghrib, kita semua berlatih dan mengeksplor habis-habisan spot tersebut.
Malam harinya, seluruh peserta yang masih tersisa berkumpul mengadakan sesi sharing/penyampaian kesan-pesan di rumah Juanda, lalu dilanjutkan makan-makan di restoran yang tidak jauh dari situ. Akhirnya, setelah semua itu selesai, tibalah saat perpisahan dengan anak-anak Palangkaraya. Malam itu juga mereka langsung pulang ke kotanya dengan menumpang mobil Jovi.
Setelah 3 malam 4 hari berada di tanah Kalimantan, tibalah waktu saya untuk pulang ke Surabaya. Besok siangnya setelah sarapan, saya pun diantar ke Bandara Syamsudin Noor, sementara Andreas masih sehari lagi berada di Banjarmasin. Sekalipun cukup singkat, namun secara keseluruhan ini merupakan salah satu trip yang paling berkesan bagi saya di tahun 2017. Semoga suatu saat bisa ada kesempatan berkunjung ke sini lagi, ke kota seribu sungai.
video by Andreas Lucio Ivanno
luar biasa mantap artikelnya
ReplyDeleteijin share yah
ReplyDelete