Petualangan di Tanah Melayu (Bagian 1)
Awalnya, saya dan
Andreas berpikir Jamming Nasional 2016 kali ini hanya sekedar bolak-balik
Surabaya-Pekanbaru saja, namun takdir berkata lain. Kira-kira 2 minggu sebelum
hari H, saat sedang survei tiket pesawat, kita mendapatkan tiket promo ke Kuala
Lumpur. Dengan menghitung selisih harga tiket, perjalanan Surabaya-Pekanbaru
(transit via Jakarta) ternyata lebih mahal sekitar Rp 100.000-200.000 ketimbang
Surabaya-Kuala Lumpur (transit via Singapore) + Kuala Lumpur-Pekanbaru. Berdasarkan
fakta tersebut, tentu saja tanpa berpikir dua kali kita langsung pilih rute ke
Kuala Lumpur.
Saat yang
dinanti-nantikan pun akhirnya tiba. Hari Rabu, 3 Agustus 2016, kita sudah
bersiap-siap mengemasi barang bawaan sejak pukul 05.00 pagi, kemudian lanjut berangkat
menuju bandara Juanda. Sekalipun jadinya menunggu cukup lama di bandara karena
datang terlalu awal, tapi lebih baik begitu daripada terlambat.
Sekitar pukul 13.40
waktu Singapore, pesawat yang kita tumpangi akhirnya mendarat di bandara
Changi. Begitu menginjakkan kaki di Singapore, ada perasaan senang luar biasa
yang muncul dalam diri. Tidak disangka-sangka, berkat event Jamnas 2016 kita malah
bisa mampir lagi ke negara ini pasca LCG Januari lalu, sebuah pengalaman yang
tidak terduga tentunya.
Dari bandara, saya dan
Andreas pun lanjut naik MRT menuju Bedok Maze untuk janjian berlatih bersama
Wellington dan Stanley. Sampai sore hari kita jamming berempat sampai puas di
sana. Bisa dibilang ini adalah ajang “balas dendam” karena waktu LCG lalu, saat
baru jamming sebentar di tempat yang sama, polisi sudah membubarkan latihan
dengan alasan mengganggu ketertiban.
Selepas
jamming, dengan dipandu Stanley, saya dan Andreas mampir ke daerah Bugis untuk
berbelanja sedikit souvenir sekaligus mencari makan malam, sementara Wellington
pulang terlebih dulu ke rumahnya. Seusai puas berkeliling Bugis, perjalanan berlanjut
menuju Kraken Gym, sebuah arena parkour indoor yang sempat jadi salah satu
tempat berlatih di LCG lalu. Dengan sisa-sisa tenaga yang ada, kita
jamming+latihan flip sampai lelah di sana. Selain kita bertiga, ada juga Aaron
Martin, Phillip, Wellington yang datang menyusul, dan beberapa teman Parkour
Singapore lainnya.
Setelah
beberapa jam berlatih, tinggallah saya dan Andreas di gym. Dalam hati masih
ingin jamming, tapi mengingat besok pagi harus melanjutkan perjalanan ke Kuala
Lumpur, kita putuskan untuk beristirahat saja demi menyimpan tenaga saat di
Malaysia.
Waktu
masih menunjukkan pukul 06.00 pagi, tapi kita berdua segera bangun, mandi dan
berkemas-kemas untuk menuju bandara Changi. Perasaan antusias sekaligus
penasaran menyelimuti saya dan Andreas, karena dalam hitungan jam kita berdua akan
menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Kuala Lumpur. Sekalipun pesawat yang
ditumpangi sempat mengalami delay setengah jam, tetapi itu tidak mengurangi keseruan perjalanan ini.
Akhirnya
sekitar pukul 12 siang pesawat mendarat di Kuala Lumpur. Dari bandara kita
lanjut naik bus seharga RM 11 menuju KL City Centre. Di sana sudah menunggu
Jordan dan Solahudin, dua orang praktisi Parkour Malaysia yang akan memandu
kita selama di KL. Berempat kita mencari makan siang di daerah Chinatown Jalan
Petaling, lalu dari situ lanjut naik MRT menuju Menara Kembar Petronas. Saat
berdiri di depan gedungnya, berasa seperti mimpi yang menjadi nyata. Bila
selama ini hanya menyaksikan Menara Petronas dari TV, majalah, internet, maupun
postingan sosial media teman; maka kali ini saya menyaksikan langsung dari
dekat dengan mata kepala sendiri. Tentunya ini merupakan pengalaman yang tak
akan terlupakan seumur hidup.
Setelah puas
melihat-lihat Menara Petronas, kita berempat langsung jalan kaki menuju Taman
KLCC yang berada tidak jauh dari belakang gedung. Di taman ini banyak obstacle
menarik yang bisa digunakan untuk berlatih parkour, dan kita pun jamming sepuasnya
hingga sore hari.
Perjalanan
berikutnya berlanjut ke Jumpstreet Trampoline Park di daerah Petaling Jaya. Sekalipun
tidak ada waktu untuk mencoba trampolinnya, tapi setidaknya di sana kita dapat berkenalan
dengan teman-teman Jordan yang kebetulan bekerja sebagai instruktur, sambil
berjualan kaos Avolution juga tentunya. Bersyukur beberapa kaos bisa terjual di
hari itu.
Menjelang maghrib, kita
berempat berjalan kaki menuju sebuah gedung yang sudah ditutup, yaitu Mall
SSTWO yang tidak jauh lokasinya dari Jumpstreet. Setelah memastikan tidak ada
security yang berjaga, misi rooftop pun langsung dimulai. Dengan hanya
bermodalkan senter HP untuk penerangan, bersama-sama kita menaiki tangga darurat ke lantai
paling atas. Dan akhirnya setelah mencapai puncak, kita beristirahat sejenak di
sana sambil menikmati pemandangan gedung-gedung KL di malam hari.
Sekitar pukul 21.00,
kita pun kembali ke Jumpstreet lagi untuk mengambil tas ransel yang tadi dititipkan,
setelah itu bersama-sama dengan teman-teman Jordan kita mencari makan malam.
Suasana hiruk-pikuk stan makanan di sana ternyata tidak berbeda jauh dengan
Indonesia, demikian juga dengan makanannya, rasanya relatif hampir sama.
Akhirnya seusai makan
kita pun saling berpisah. Jordan, Solahudin, Andreas, dan saya diantar oleh
mobil Samantha (teman Jordan) ke stasiun MRT terdekat. Kecuali Jordan, kita
bertiga jadinya turun di situ, kemudian lanjut ke KL City Centre. Di sinilah saya
dan Andreas akhirnya berpisah dengan Solahudin. Perjalanan dari City Centre menuju
KLIA 2 pun dilanjutkan dengan naik bus.
Karena pesawat menuju
Pekanbaru baru berangkat besok paginya, kita memutuskan untuk tidur di bandara
malam itu. Meskipun jauh dari kata nyenyak, tapi setidaknya lumayan bisa memulihkan
tenaga untuk beberapa jam ke depan. Yang jelas secapek-capeknya badan, jangan
sampai jatuh sakit, karena 3 hari ke depan akan ada petualangan yang tidak
kalah seru di Pekanbaru..
bersambung...
Comments
Post a Comment