Cerita dari Mojokerto

Siang itu cuaca cukup terik di kota Pacet. Sejenak saya mampir ke Masjid An-Nur untuk cuci muka dan melepas lelah setelah menempuh ±1,5 jam perjalanan dari Surabaya menggunakan motor. Tidak lama kemudian, saya pun janjian bertemu dengan Ijoe, salah seorang teman saya dari Parkour Surabaya, di rumah neneknya yang terletak dekat dengan masjid tersebut.


Hari itu, tanggal 10 Desember 2022, sungguh bahagia rasanya kita bisa berjumpa lagi setelah lebih dari 2 tahun. Hal ini dikarenakan saya ditarik pulang ke rumah orang tua sejak akhir 2020 lalu, sehingga sementara tidak berdomisili di Surabaya dulu. Kunjungan ke Jawa Timur ini pun (sayangnya) hanya berlangsung seminggu saja, maka untuk itulah saya harus menikmati setiap momen yang ada.

 

Setelah saling melepas kangen dan sedikit bersilaturahmi dengan keluarga Ijoe, kita pun segera melanjutkan perjalanan ke Mojokerto, kota di mana acara jamming regional Jawa Timur 2022 ini diadakan. ±40 menit perjalanan, sedikit pun saya tidak merasa lelah, meski semalam baru saja begadang nonton bareng perempat final Piala Dunia 2022 antara Belanda vs Argentina hingga jam 5 pagi. Rasa bahagia dan antusias untuk bertemu teman-teman parkour Jawa Timur (+ non-Jatim juga tentunya) mengalahkan rasa lelah dan ngantuk saya. Lagi pula, inilah event jamreg pertama yg diselenggarakan sejak covid-19 melanda. Sebelumnya, jamreg Jatim terakhir diadakan pada tahun 2019 di Bondowoso.

 


Sebelum tiba di GOR di sebelah gedung Dinas Pendidikan Mojokerto, yang menjadi titik kumpul acara, saya dan Ijoe menyempatkan dulu mampir ke salah satu warung bakso, di mana di sana sudah hadir terlebih dulu beberapa peserta jamreg, termasuk juga praktisi non-Jatim (Jakarta, Bekasi, Yogyakarta). Setelah puas makan-makan dan bercengkerama di sana, barulah kita lanjut ke GOR dengan iring-iringan motor.

 



Kurang lebih pukul 15.00 kita sampai di lokasi. Selama 2-3 jam ke depan, relatif belum ada agenda acara apa pun selain registrasi ulang, sehingga sebagian peserta mengisi aktivitasnya dengan free jamming ataupun bersilaturahmi melepas kangen bagi yang sudah lama tidak bertemu.

 



Acara pembukaannya sendiri baru resmi dimulai setelah sholat maghrib dan makan malam. Diawali dengan perkenalan tiap-tiap komunitas yang hadir, lalu berlanjut ke penunjukkan Hendy sebagai presiden Parkour Jatim yang baru.

 

Belum selesai sampai di situ, ±pukul 22.00 acara berlanjut ke sesi jamming malam, yang juga merupakan kerja sama antara Parkour Jatim dengan Parkour House. Di sesi jamming malam ini, para peserta tidak hanya sekedar melakukan jamming keliling kota Mojokerto, tapi juga diberi challenge tertentu dengan door prize yang menarik.

 

Jujur, saya pribadi sebenarnya ada di dalam situasi dilema. Di satu sisi, ingin sekali menonton pertandingan perempat final Piala Dunia antara Portugal vs Maroko yang juga dimulai pukul 22.00, karena kebetulan Portugal adalah tim favorit saya. Namun di sisi lain, sedikit pun saya tidak mau melewatkan setiap momen dari jamreg ini, karena setidak-tidaknya harus menunggu satu tahun lagi agar bisa berkumpul seperti ini.

 


Jadi, pada akhirnya saya tetap putuskan untuk ikut jamming malam, tentunya sembari sesekali mengintip livescore.com untuk melihat hasil pertandingan Portugal vs Maroko. Jujur, saya pun akhirnya jadi tidak 100% fokus selama jamming. Berbagai challenge yang dibuat oleh Parkour House tidak saya ikuti karena pikiran saya bercabang di dua situasi, di samping memang saya sendiri tidak terlalu suka jadi sorotan/pusat perhatian karena kepribadian saya yang introvert.

 

Sekembalinya ke GOR, saya dan beberapa teman sempat nonton bareng sebentar lewat HP menit-menit akhir pertandingan tersebut. Dan sialnya, Portugal kalah tipis 1-0. Hal ini cukup membuat saya agak sedih, apalagi melihat pemain idola saya, Cristiano Ronaldo, berjalan gontai memasuki ruang ganti.

 

Tapi kesedihan itu sirna seketika saat saya diajak cangkruk bareng di warung dekat GOR hingga subuh. Kita ngobrol ngalor-ngidul sambil menikmati kopi hangat hingga subuh. Jujur, sebenarnya saya ingin melanjutkan nonton pertandingan perempat final lainnya antara Inggris vs Perancis, namun berhubung agenda acara jamreg hari ke-2 dimulai ±pukul 07.00, mau tidak mau saya harus segera istirahat sepulang dari warung.


 

Rasanya baru sebentar tidur, tau-tau panitia sudah membangunkan para peserta untuk sarapan + mulai pemanasan di halaman depan GOR. Selesai pemanasan dan conditioning, begitu hendak memasuki latihan inti, tanpa disangka-sangka tiba-tiba saya ditunjuk Bruce jadi pemateri untuk precision jump. Jujur, kaget sekaligus grogi rasanya, apalagi mayoritas peserta jamreg ini tentunya memiliki skill parkour jauh di atas saya, sehingga rasanya kurang layak bila saya yang ditunjuk. Lagi pula, seperti yang sudah saya jelaskan di atas, saya orangnya cukup introvert dan kurang suka berbicara di depan orang banyak. Tapi ya sudahlah, saya coba sebisanya, toh ini sesama teman parkour juga, bukan orang asing yang tidak kenal.

 



Seusai materi, kita makan siang sejenak, lalu acara pun berlanjut ke games, challenges, dan kompetisi freestyle. Salah satu momen unik dari sesi ini adalah ketika challenge lompat tinggi, ketika tinggal menyisakan 2 kontestan lagi, yaitu Vyel vs Rommy. Pertarungan antara keduanya begitu sengit hingga sampai mengulur waktu makan siang. Lompatan mereka terus dan terus diulang hingga akhirnya Vyel yang memenangkan challenge ini, sungguh sangat seru.

 


Sesi drunken race pun tidak kalah serunya, di sini para peserta disuruh berputar di tempat beberapa kali sebelum mulai lomba lari. Kemudian untuk lomba freestyle, seperti yang sudah-sudah, para peserta dibebaskan melakukan gerakan apa pun mengolah obstacle yang tersedia selama 45 detik. Saya sendiri, berhubung skill biasa-biasa saja dan memang dari dulu penganut aliran parkour non-kompetisi, ya sudah cukup jadi penonton saja. Yang penting bisa kumpul bersama teman-teman sudah senang sekali rasanya.

 

Kurang lebih sekitar pukul 15.00, jamreg Mojokerto pun resmi diakhiri dengan sesi foto bersama, lalu berlanjut ke pengumuman tuan rumah jamreg tahun depan di Blitar. Sebagian besar peserta pun sudah mulai pulang ke kota masing-masing, sementara saya langsung melanjutkan perjalanan ke Malang menemui beberapa teman non-parkour saya.

 

Secara keseluruhan, jamreg ini begitu berkesan bagi saya. Meski hanya berlangsung satu malam, namun inilah momen yang saya nanti-nantikan dalam 2 tahun terakhir. Bertemu dengan teman-teman lama dan baru, baik dari Jatim maupun non-Jatim, sungguh bahagia sekali rasanya, seolah separuh nyawa saya telah kembali. Kita pun sudah merasa sebagai satu keluarga besar parkour. Semoga tahun depan kita bisa berkumpul kembali di Blitar, dan tentu, berharap saya sudah diizinkan ortu berdomisili di Surabaya lagi... semoga saja.


Comments

Popular posts from this blog

Cerita 28 Jam di Jombang

Ikut? Tidak? Ikut? Tidak? IKUT!!!

Semalam di Bojonegoro