Malang, Singapore, Bali (ID)


Rabu, 20 Juni 2018, seharusnya malam itu saya sedang tidur nyenyak dalam keadaan tenang menanti keberangkatan ke Singapore keesokan harinya. Namun fakta berkata lain, hingga Kamis subuh saya dan Andreas ternyata masih berada di tempat konveksi di Malang menunggu penyelesaian ±250 kaos LCG. Dengan terburu-buru, sekitar pukul 04.00 kita pun segera pulang ke Surabaya menggunakan sepeda motor karena belum packing barang sedikit pun! Padahal pesawat akan berangkat pukul 11.00, yang berarti kita harus boarding sejak ±pukul 09.30. Kalau sudah seperti ini boro-boro memikirkan tidur, kita jauh lebih khawatir bila sampai terlambat ke bandara.

±Pukul 06.00 akhirnya saya dan Andreas tiba di Surabaya. Dengan sangat terburu-buru kita segera mandi, packing barang pribadi, lalu baru mengemasi segala kaos dan merchandise LCG. Bersyukur tidak ada satu barang-barang pun yang tertinggal meski kita dalam keadaan tergesa-gesa. Akhirnya sekitar pukul 07.30 kita segera berangkat ke Bandara Juanda dengan menggunakan Grab Car.


Untunglah kita tiba di bandara lebih awal dari perkiraan, sehingga bisa ada sedikit waktu untuk beristirahat. Pesawat pun pada akhirnya delay sehingga baru meninggalkan Surabaya ±pukul 12.00 siang. 2 jam perjalanan ke Singapore membuat kita punya sedikit waktu untuk tidur sejenak di pesawat.

±Pukul 14.00 WIB/15.00 waktu Singapore, akhirnya saya dan Andreas menginjakkan kaki di Bandara Changi. Tidak lama setelah menyelesaikan urusan imigrasi, kita segera dijemput oleh Koh Chen Pin (CP), ditemani oleh rekan dari Parkour Bali, Widio (Yos), yang sudah tiba beberapa jam sebelumnya.



Dari Changi kita berempat langsung menuju Bedok Maze, surganya para praktisi parkour di Singapore. Setelah melepas kangen dan bertegur sapa dengan sesama rekan-rekan praktisi dari berbagai negara, kita pun segera jamming serta saling sharing teknik parkour bersama mereka. Sebelum meninggalkan maze, tidak lupa juga kita menyempatkan diri untuk makan di food court sekitar situ.

Selepas berpisah dengan Widio yang pergi ke tujuan lain, segera saya dan Andreas menuju stasiun MRT Simei untuk menunggu CP yang sedang menjemput salah seorang bintang tamu LCG 2018 yang berasal dari Yunani, Dimitris Kyrsanidis (DK) di Changi. Sembari menunggu CP dan DK, tidak lupa kita membeli SIM Card terlebih dahulu. Setelah semuanya berkumpul, dari situ kita berempat menuju apartemen CP untuk menaruh sebagian barang bawaan, lalu melanjutkan perjalanan ke Kraken Gym.


Selama satu setengah jam ke depan kita jamming kecil-kecilan di sana bersama dengan beberapa peserta LCG lainnya, kemudian setelah itu turut membantu panitia Parkour Singapore angkut-angkut sebagian properti gym untuk dibawa ke dalam truk sewaan yang akan menuju lokasi acara di Mall Star Vista. Kita pun menyusul ke mall menggunakan MRT.


Dimulai sejak pukul 22.00, bersama dengan sebagian besar peserta LCG lainnya yang menjadi sukarelawan, saya disibukkan dengan kegiatan angkut-angkut, memasang pipa besi obstacle portable, menghitungi jumlah merchandise, serta menyortir seluruh kaos LCG berdasarkan ukurannya. Seluruh rangkaian kegiatan tersebut baru berakhir sekitar pukul 04.30. Saking lelahnya, malam itu sebagian besar dari kita akhirnya memilih tidur di karpet sekitar obstacle.



HARI KE-1 LCG (22 Juni 2018)


Sejak ±pukul 10.00 pagi peserta mulai berdatangan ke Mall Star Vista. Saya pun mulai mencoba-coba jamming ringan di sekitar obstacle mumpung masih sepi. Sekitar pukul 13.00, tidak lama setelah seluruh peserta selesai melakukan registrasi, Lion City Gathering 2018 pun resmi dimulai. Diawali dengan kata sambutan dari CP dan Nachos sebagai perwakilan panitia, lalu dilanjutkan oleh Hatta Yang sebagai MC-nya. Acara inti hari pertama bertemakan "Game of Stick". Inti dari permainan ini adalah setiap peserta yang ikut diberikan tantangan untuk melakukan suatu gerakan/lompatan, dan harus bisa mendarat dengan sempurna (stick/menempel) pada target obstacle-nya. Saya sendiri tidak mengikuti challenge tersebut karena selain memang tidak suka berkompetisi, saya juga sibuk menjaga stan Avolution Clothing bersama Andreas. Sekedar info, bagi yang ingin menjual kaos/merchandise panitia menyediakan beberapa meja dan kursi yang berlokasi di belakang obstacle.



Malam harinya, acara berlanjut ke sesi "Movie Night" di Kraken. Seluruh peserta yang hadir disuguhi tontonan video-video parkour dari berbagai negara, baik itu video lawas maupun video baru. Dengan diadakannya nonton bareng seperti ini, tentunya semakin membangkitkan semangat untuk berlatih parkour lebih lagi.

Ketika waktu sudah menunjukkan pukul 23.00; saya, Andreas, Bob Reese, DK, dan CP memutuskan untuk pulang terlebih dahulu karena MRT terakhir beroperasi pukul 00.00. Hari itu kita semua bermalam di apartemen CP.



HARI KE-2 LCG (23 Juni 2018)


Waktu sudah menunjukkan hampir pukul 11.30. Bob, Andreas, dan saya segera bersiap-siap untuk berangkat ke Mall Star Vista. CP sudah berangkat terlebih dulu sejak pagi, sementara DK masih terlelap karena semalam dia tidur cukup larut. Setelah makan terlebih dulu di food court Simei, kita bertiga pun segera naik MRT menuju lokasi.

Seperti hari sebelumnya, suasana Mall cukup ramai dan meriah. Sebagian besar peserta LCG sudah berkumpul dan jamming di sekitar obstacle portable. Sementara saya dan Andreas kembali buka lapak menjual Avolution Clothing, berkolaborasi dengan Ibnu dan Selly yang menjual Malingkondank Clothing.



Tema hari ke-2 adalah workshop/coaching clinic. Ada 9 workshop yang diadakan di hari itu. Semuanya berlangsung dari pukul 13.00 hingga pukul 18.00, dan durasi masing-masing workshop berlangsung selama satu jam. Saya sendiri mengikuti 2 workshop terakhir yang dibawakan oleh Dom-Anan (Mystery Workshop) dan CP (Dive Roll Masterclass). Sungguh sedikit pun saya tidak merasa rugi mengikutinya, banyak ilmu dan pengalaman berharga yang bisa didapat dari mereka.



Setelah rangkaian workshop usai, selanjutnya jadwal acara berpindah ke The Yard. Sama seperti tahun lalu, kembali kali ini diadakan kompetisi freestyle indoor yang tentunya tidak kalah menarik dibanding di Star Vista. Seluruh peserta tampak gembira berkumpul bersama di The Yard, baik sebagai peserta challenge maupun yang sekedar jamming biasa seperti saya.

Karena satu dan lain hal, di hari ke-2 ini saya dan Andreas akhirnya harus bermalam di apartemen Faiz. Namun apa pun itu, secara keseluruhan hari ini merupakan saat yang sangat membahagiakan.



HARI KE-3 LCG (24 Juni 2018)


Inilah klimaks dari rangkaian event Lion City Gathering 2018: Asian Parkour Championship (APC)!! Sebagian besar peserta LCG dari berbagai negara akan berkompetisi dalam kategori speedrun maupun freestyle. Di hari ke-3 ini pengunjung mall terlihat lebih ramai ketimbang dua hari sebelumnya, mereka semua tampak cukup antusias menyaksikan APC.

Saya sendiri tetap berpegang teguh pada pendirian saya sebelumnya, bahwa saya akan tetap menganut aliran parkour non-kompetisi. Meskipun begitu saya tetap 100% respek dengan seluruh kompetitor yang ada, karena perbedaan prinsip bukanlah penghalang untuk menjalin pertemanan dengan siapa pun. Lagipula saya hanya ingin berfokus jualan kaos Avolution saja selama acara berlangsung.




Tidak lama setelah seluruh rangkaian kompetisi selesai, diadakanlah sesi foto bersama bagi seluruh peserta LCG 2018, lalu dilanjutkan oleh pengumuman para pemenang serta diakhiri oleh sesi penutupan acara. Seusai dari situ; saya, Andreas, Widio, Ibnu, Selly, Faiz, dan Zahid makan malam bersama di Restoran Encik Tan yang terletak satu lantai di atas lokasi obstacle portable.


Dari Mall Star Vista, saya dan Faiz melanjutkan perjalanan menuju Freerunner Lodge (tempat menginap saya di LCG tahun lalu), sementara Andreas-Ibnu-Selly memutuskan berjalan-jalan ke Chinatown, kemudian Widio pergi bersama dengan Zahid. Di gedung apartemen tempat Freerunner Lodge berada, saya turut bergabung dengan beberapa peserta LCG lainnya yang sudah lebih dulu berenang di kolam apartemennya. Sungguh benar-benar malam yang berkesan, saat tubuh sudah lelah seharian karena jamming parkour, maka inilah saatnya relaksasi melemaskan otot-otot di kolam renang.

±Pukul 22.00 saya dan Faiz memutuskan menyudahi sesi renangnya karena tidak mau terlalu malam untuk pulang ke apartemen Faiz. Malam itu saya memang kembali menginap di apartemennya, bersama dengan Andreas, Widio, Ibnu, Selly, dan juga Abraham dari Filipina.



PASCA LCG (25 Juni 2018)

Pagi itu Ibnu dan Selly berkemas-kemas meninggalkan apartemen Faiz untuk menuju bandara Changi, karena mereka akan segera pulang ke Yogyakarta. Sementara saya, Andreas, Widio, dan Abraham segera berangkat menuju daerah Kallang untuk membantu panitia Parkour Singapore angkut-angkut mengembalikan pipa besi obstacle portable ke gudangnya.



Kemudian sisa-sisa pipa/properti yang tidak ditaruh di Kallang akan dikembalikan ke Kraken Gym. Rame-rame kita semua naik truk menuju Kraken, lalu ikut membantu mengangkut semuanya itu ke dalam gym.

Seusai dari Kraken; saya, Andreas, dan Widio segera mencari makan di food court daerah Bishan, lalu lanjut menuju Bedok Maze. Di sana masih banyak peserta LCG yang jamming. Sebagian besar dari mereka masih tinggal beberapa hari lagi di Singapore.


bersama Hikari Izumi

Kita jamming sepuasnya di Bedok hingga pukul ±20.00, lalu setelah itu kembali ke apartemen Faiz untuk mengambil barang-barang yang masih tertinggal sebelum berangkat menuju bandara Changi. Karena pesawat kita menuju Bali akan berangkat besok paginya pada pukul 05.00, malam itu kita memutuskan untuk bermalam di bandara saja agar tidak ketinggalan pesawat.



BALI (26 Juni 2018 - 30 Juni 2018)


Bersyukur pada akhirnya saya, Andreas, dan Widio bisa kembali ke tanah air dengan selamat. Selasa, 26 Juni 2018, ±pukul 08.00, kita mendarat di Bandara Ngurah Rai, Bali.

Selama di Bali, saya dan Andreas tinggal di kos Andra, seorang teman lama anak Parkour Surabaya yang saat ini sudah pindah menetap di Bali. Sementara Widio sendiri memang asli orang Bali.



Hari pertama di Bali lebih banyak kita habiskan untuk beristirahat karena kurang tidur selama di bandara, lalu pada hari kedua saya diajak Widio mengunjungi rumah orangtua dan kakek-neneknya di Tabanan, sementara Andreas disibukkan dengan job dokumentasi video.

Hari ketiga di Bali adalah waktunya berpisah dengan Widio, karena pada tanggal 4 Juli 2018 dia akan pergi ke Jerman. Untuk itulah sejak tanggal 28 Juni ini dia memutuskan untuk ke Jakarta pada malam harinya (dengan mampir terlebih dulu ke Salatiga dan Yogyakarta), karena pesawatnya akan berangkat dari Jakarta.


Hari keempat, saya dan Andreas turut bergabung latihan bersama Parkour Bali. Senang sekali rasanya bisa kembali jamming dalam keadaan bugar setelah efek kelelahan dari Singapore. Sekalipun skill parkour saya tidak hebat-hebat amat dan tergolong rata-rata, tapi semangat saya untuk berlatih tak akan pernah pudar.



30 Juni, hari terakhir di Bali. Sekitar pukul 08.00 pagi saya dan Andreas diajak oleh Riza, Fabiano, dan Tommy untuk mengunjungi Pantai Melasti, di bagian selatan Bali. Pemandangan pantai yang indah di balik bukit kapur benar-benar menyegarkan pikiran kita semua. Dan akhirnya pada pukul 18.00 saya dan Andreas meninggalkan Bali menuju Surabaya menggunakan jasa travel. Kita kembali ke rutinitas harian, siap-siap menabung lagi untuk trip berikutnya.

Secara keseluruhan rangkaian trip kali ini benar-benar berkesan, terlepas dari segala masalah yang menyertai. Banyak pelajaran dan pengalaman hidup berharga yang bisa saya dapatkan. Betapa menyenangkannya bisa bertemu dan berinteraksi dengan teman-teman dari berbagai negara. Perbedaan bangsa, ras, bahasa, agama, maupun budaya bukanlah halangan untuk menjalin persahabatan. Toh kita juga sama-sama manusia, tidak ada gunanya mempermasalahkan perbedaan. Semoga kita semua bisa dipertemukan lagi di event-event parkour berikutnya

Comments

Popular posts from this blog

Cerita 28 Jam di Jombang

Ikut? Tidak? Ikut? Tidak? IKUT!!!

Semalam di Bojonegoro