Suatu Hari di Blitar

Waktu masih menunjukkan ±pukul 04.00 pagi, namun saya dan Yohanes sudah bersiap di sekitar Maspion Square untuk janjian bertemu dengan Rijalul. Tentu bukan tanpa alasan kita bertiga rela bangun subuh-subuh seperti ini. Hari itu, Sabtu 24 Juni 2023, kita bertiga berencana untuk berangkat bareng ke Blitar dalam rangka menghadiri Jamming Regional Parkour Jawa Timur yang ke-12. Saya berboncengan dengan Yohanes, sementara Rijalul menggunakan motor sendiri.

Hanya 6 bulan setelah jamreg Mojokerto, saat euforianya masih belum pudar, kembali kita dipertemukan lagi di Blitar. Tentu ini menjadi momen yang sangat menggembirakan bagi para praktisi parkour di Jawa Timur (dan juga dari luar Jatim yang turut bergabung). Sungguh rasanya tidak sabar untuk berjumpa dengan mereka semua nanti.

 

Namun sayang, perjalanan ke Blitar ternyata tidak semulus yang dibayangkan. Dua kali motor saya mengalami musibah kecil di jalan, yaitu ban bocor dan knalpot patah. Khusus peristiwa yang kedua, beruntung tidak lama setelah kejadian kita bertiga segera menemukan bengkel las listrik di tengah-tengah lokasi random yang dilewati. Tentu saja dengan begini imbasnya waktu perjalanan kita menjadi molor, sehingga baru sampai Blitar ±pukul 09.30. Tapi itu tidak masalah, karena yang jauh lebih penting adalah bisa tiba dengan selamat.

 

Setelah memarkir motor di Kantor Kelurahan Kanigoro (yang menjadi lokasi penginapan), kita bertiga ngopi sejenak dengan Ijoe dan beberapa teman lain di warung di seberangnya. Sebuah kejutan yang tidak disangka-sangka bahwa Ijoe turut hadir, karena sehari sebelumnya kita semua mengira dia tidak ikut jamreg berhubung sedang dalam suasana berduka kehilangan sang ayah. Namun bersyukur pada akhirnya dia diizinkan pergi ke Blitar setelah mendapat restu dari keluarganya pasca ayahnya dimakamkan.


 

Selesai ngopi, kita semua kembali ke aula besar di kantor kelurahan untuk melakukan registrasi ulang. Menjelang tengah hari, satu per satu peserta jamreg lainnya dari berbagai kota mulai berdatangan. Kita pun saling melepas kangen satu sama lain, kemudian sebagian dari kita lanjut makan siang bareng di Ayam Geprek Sa’i yang terletak persis di seberang kantor kelurahan dan di sebelah warung kopi yang tadi.

 



Sekitar pukul 15.30, saat cuaca sudah tidak terlalu panas, dimulailah sesi pembukaan jamreg di Taman Kantor Kabupaten Blitar, yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki dari kantor kelurahan. Kita semua bersenang-senang jamming mengeksplorasi tempat ini hingga menjelang maghrib. Namun jujur, saya agak sedikit kecewa menyadari bahwa skill & power saya dalam parkour sudah menurun dibanding beberapa tahun sebelumnya. Banyak sekali obstacle/gap jump yang seharusnya bisa saya lewati bila masih dalam keadaan prima seperti dulu. Tapi ya sudahlah, kita memang tidak bisa melawan hukum alam, mungkin saatnya saya berdamai dengan realita.

 


Menjelang malam hari, setelah mandi dan makan, sesi meet & greet pun dimulai, setiap komunitas yang hadir turut memperkenalkan diri. Tidak hanya dari Jawa Timur saja, namun ada juga Parkour Bekasi, Parkour Jakarta, Parkour Jogja, dan beberapa komunitas parkour non-Jatim lainnya. Sesi ini berlangsung ±hingga pukul 22.00 - 22.30an. Kemudian setelah selesai, sebagian ada yang langsung beristirahat, ada yang jamming malam, dan ada pula yang lanjut cangkruk. Saya sendiri baru tidur jam 02.30an subuh setelah puas cangkruk di salah satu warung lesehan plus berlanjut ke teras kantor kelurahan.

                                                                                                                                                      

 


Suara lagu dari HP salah seorang teman yang disetel di speaker besar membangunkan saya pagi itu. Waktu sudah menunjukkan ±pukul 06.30, sebagian ada yang masih tidur, sebagian lagi ada yang sudah bangun. Begitu kesadaran sudah terkumpul sepenuhnya, segera saya lanjut mandi dan sarapan. Hari itu, Minggu 25 Juni 2023, adalah hari ke-2 jamreg, jadwalnya adalah full jamming di RTH Kanigoro hingga sesi penutupan.

 



Sesi pemanasan dimulai sekitar pukul 09.00. Seluruh peserta jamreg terlihat antusias mengikuti, meski kebanyakan dari kita kurang tidur semalam. Spot RTH Kanigoro ini tidak kalah menarik dibanding taman yang kemarin, ditambah lagi ada banyak pohon yang membuat kita tidak kepanasan saat hari menjelang siang.


Selama 3-4 jam ke depan kita semua menikmati sesi jamming di taman ini, dari mulai pemanasan, coaching clinic, free jamming, hingga challenge. Namun puncak keramaian acara jamreg ini justru terjadi di momen yang tidak diduga-duga, yaitu saat Ijoe, Herry, dan Acil mulai mengadakan challenge-dadakan lompat presisi melewati kolam kecil di pinggir selokan. Saya sendiri berhubung kakinya sudah sangat pegal akhirnya cukup bantu memvideokan saja. Dari yang awalnya cuma iseng dilakukan bertiga, ternyata teman-teman yang lain pun ikut tertarik mencobanya, sehingga challenge ini seolah-olah menjadi sesi tambahan dari jamreg.

 

Hasilnya? Sudah bisa ditebak, sepatu dan celana dari teman-teman yang gagal mencoba harus basah kuyup karena tercebur kolam. Tapi justru keseruan seperti inilah yang dicari, momen yang akan selalu diingat untuk seterusnya.

 


Sesi penutupan Jamreg 2023 pun berlangsung ±pukul 13.30 dengan diumumkannya Bojonegoro sebagai tuan rumah jamreg berikutnya, plus Malang yang menjadi tuan rumah jamreg 2025. Sebagian besar peserta pun akhirnya satu demi satu pulang ke kota masing-masing, sementara saya yang masih belum puas, terus melanjutkan jamming bersama Yohanes, Vyel, Yla, mbak Lini, dan beberapa teman dari parkour Jakarta hingga ±pukul 16.00. Tidak lama setelah kita semua kembali ke kantor kelurahan, segera saya mandi dan mengemasi barang, lalu berpamitan dengan yang lain untuk melanjutkan perjalanan pulang ke Surabaya bersama Yohanes.



Secara keseluruhan, jamreg Blitar kali ini sangatlah berkesan, seperti halnya jamreg-jamreg sebelumnya juga. Saya tidak mau membanding-bandingkan jamreg mana yang lebih baik, karena tiap jamreg tentu punya ceritanya sendiri. Kemudian, seperti yang sempat saya singgung di awal, saya agak sedikit kecewa menyadari bahwa skill & power saya dalam parkour sudah mulai menurun. Bahkan saat masih di masa prima pun, sebenarnya skill saya ya tergolong biasa-biasa saja, apalagi sekarang.

 

Namun pada akhirnya saya menyadari bahwa tidak akan ada habisnya bila terus membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Yang ada malah kesannya jadi tidak mengapresiasi diri sendiri, dan itu cepat/lambat bakal berimbas buruk ke aspek kehidupan yang lain, ga cuma dalam parkour saja. Jadi, mungkin ini saatnya bagi saya untuk tidak terlalu berfokus mengejar skill/big jump lagi, namun harus lebih fokus membangun silaturahmi dengan teman-teman yang lain, karena di komunitas parkour inilah saya menemukan keluarga kedua. Akhir kata, semoga tahun depan kita semua bisa berjumpa lagi dalam keadaan sehat di Bojonegoro.



Comments

Popular posts from this blog

Cerita 28 Jam di Jombang

Ikut? Tidak? Ikut? Tidak? IKUT!!!

Semalam di Bojonegoro